Monday, September 11, 2017

Baby number 2, hamil resiko tinggi

Saat mengetahui saya hamil anak kedua, perasaan saya sungguh bahagia. Sudah membayangkan anak kedua yang kelak akan menjadi teman main Hafidz. Sudah banyak impian impian di kepala. Sudah sering berbicara dengan Hafidz, dia akan jadi abang, punya adik yang bisa diajak main. Saya yakin Hafidz pasti senang karena Hafidz suka sekali memperhatikan jika ada anak anak main kerumah dan suka senyum senyum sendiri.

But then Allah took him, because Allah wanted him to play not here, not with us. Allah wanted Hafidz to play in heaven, the most beautiful place anyone could ever ask for. Allah knows it's the best for him. And Allah wants him to free from the pain and 'disability'. 

Dalam kesedihan, harus berusaha kuat untuk menjaga kehamilan. Minggu minggu trimester awal sangat berat. Karena masih bersedih dan susah tidur, saya sering merasa lelah. Dokter kemudian meresepkan saya obat penguat rahim, obat mual dan obat lambung. 
Mual muntah yang saya rasakan tidak seberat kehamilan pertama. Sehingga obat muntah dan lambung tidak lama saya konsumsi

Ada 2 kekhawatiran saya saat hamil anak kedua ini:
1. Riwayat kehamilan pertama saya yang mengalami Preeklampsia Berat saat Hamil kandungan menjelang 28 minggu. Untuk itu saat hamil kedua ini saya termasuk ibu dengan kehamilan resiko tinggi. Untuk itu saya jelaskan semua nya kepada dokter kandungan. Dokter kemudian memberikan saya aspilet, yang menurut penelitian berperan dalam mengurangi angka kejadian PEB berulang. Bisa di baca selengkap nya di sini http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/44703/1/9789241548335_eng.pdf
dokter menganjurkan Aspilet ini saya konsumsi hingga menjelang 2 minggu sebelum melahirkan. 

2. Meskipun kehamilan sebelumnya berjarak 5 tahun, (Hafidz lahir Januari 2012), apakah saya bisa melahirkan secara normal? maka jawabannya tidak. Jawaban ini saya dapat kan dari semua dokter kandungan yang pernah saya mintakan pendapat nya. Ini adalah karena riwayat PEB saya. Bahkan ada beberapa rumah sakit yang SOP nya yang menjadikan riwayat PEB sebagai kontraindikasi absolut persalinan normal. Ada juga dokter yang secara sopan dan halus mengingatkan saya, bahwa kehamilan ini adalah kehamilan 'mahal dan berharga', maka kita harus mencari tindakan mana yang resiko nya lebih rendah 

3. Apakah ada kemungkinan saya kembali melahirkan anak dengan Cornelia de Lange Syndrome? Pertama harus ingat dan yakin bahwa semua adalah ketetapan Allah. Apa saja bisa terjadi atas izin Allah. Dalam beberapa literatur mengenai CdLS, disebutkan bahwa jika orang tua bukan penyandang sindrom CdLS, dan bukan pembawa gen (deNovo), maka bisa dikatakan sangat jarang terjadi kelahiran 2 atau lebih anak CdLS dari satu orang tua. Maka berdasarkan hal tersebut, semua dokter menyemangati dan meyakinkan saya untuk tidak khawatir dan tidak ada pemeriksaan khusus yang perlu dilakukan untuk mengetahui hal tersebut. Penjelasan genetik nya bisa dipelajari disini https://ghr.nlm.nih.gov/condition/cornelia-de-lange-syndrome

4. Persiapan kehamilan apa yang perlu saya lakukan untuk mencegah kemungkinan lain?
Untuk kehamilan kedua ini, saya kembali melakukan tes TORCH. Dan Alhamdulillah hasil nya normal, tidak perlu tindakan dan pengobatan. Saya sangat menganjurkan bagi ibu ibu yang ingin hamil, untuk periksa TORCH ini SEBELUM HAMIL, bukan setelah ketahuan Hamil. Saya sudah banyak melihat pasien yang keguguran karena terinfeksi TORCH, atau melahirkan anak prematur/banyak masalah kesehatan seperti mikrosefali, gagal napas, kesulitan minum, pneumonia berulang, dll. Lebih baik terdeteksi di awal sehingga dapat dilakukan pengobatan. Semoga Allah selalu melindungi dan memberi rezeki kepada kita anak anak yang sehat dan cerda Aaamin Allahumma Aaamin

5. Apakah ada makanan tertentu yang dianjurkan/dilarang?
Jawaban dari dokter sangat melegakan. Seperti yang kita semua ketahu, sebenarnya tidak ada pantangan khusus bagi ibu hamil. Ibu hamil boleh makan seperti biasa. Nenas bukanlah suatu pantangan. Saya suka sekali nenas. Saya makan nenas baik saat hamil muda, hingga hamil trimester 3. (Saya tulis nenas karena saya sering sekali dengar ibu ibu hamil yang di larang makan nenas) :)


Walaupun kekhawatiran diatas selalu ada dalam kepala, saya serahkan kepada Allah dan selalu minta kesehatan untuk saya dan calon bayi. Selalu sertakan doa dalam setiap usaha yang kita lakukan. Saat hamil anak kedua saya masih tetao LDM-an sama suami, jadi gak bisa sering manja-manjaan minta ini itu. Tapi saya juga tidak ngidam banyak hal. Kalaupun ingin sesuatu, biasanya mudah dicari dan tidak ada waktu khusus. 

Selama hamil saya juga masih nyetir hingga hamil 9 bulan, Alhamdulillah suami dan orang tua memberikan kepercayaan. 
 
Saat masuk trimester ketiga, kami diminta dokter untuk memilih tanggal persalinan. Kami tidak memilih tanggal khusus, tapi kami pilih hari Jum'at, hari yang agung bagi umat Islam. 
Alhamdulillah, tanggal 10 Maret pukul 8.10 menit lahir anak laki laki kedua kami, dan kami beri nama Muhammad Ihsan Rasyid. 

Bahagia tak terhingga bagi keluarga kami, menjadi penyejuk hati kami, pengingat kami untuk selalu bersyukur kepada Allah. Beberapa orang ada yang mengatakan Ihsan sebagai pengganti Hafidz. Barangkali hanya ingin menenangkan hati kami, kami tidak menyalahkan. Meskipun dihati rasanya tidak tepat mengatakan Ihsan sebagai pengganti Hafidz. Tiap anak berbeda, Hafidz adalah Hafidz. Ihsan adalah Ihsan. 

Sering muncul di benak kami, bahkan hal ini pernah kami diskusikan saat Hafidz masih hidup. Saat itu kami sudah mulai berencana punya anak kedua. Apakah nanti jika punya anak, bisa membagi sayang dan punya rasa sayang yang sama? seperti itulah gambaran betapa besar nya rasa sayang kami kepada Hafidz. Kami takut berlaku tidak adil dan lebih sayang kepada Hafidz ketimbang adiknya. Namun Masya Allah, Allah kasih jawaban. Ihsan membuat kami sadar bahwa perasaan perasaan tersebut dapat hilang. Rasa sayang kepada anak tidak bisa di bandingkan. Seketika kami jatuh cinta dan menyayangi Ihsan dengan segenap jiwa raga kami, the way we used to love his brothet. 

Allah lah Maha Pemberi Rezeki, Allah lah yang Maha Tahu yang terbaik untuk tiap tiap keluarga. 
Ihsan lahir cukup bulan, sehat, menangis kuat dan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dapat kami lakukan. Sesuatu yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Memiliki Ihsan, saya harus belajar dan memiliki pengalaman pertama dalam banyak hal. 

Ini adalah pengalaman menyusui pertama yang saya alami. Rasanya Masya Allah, luar biasa kuasa Allah memberikan Air Susu yang di dalam nya terkandung segala yang dibutuhkan bayi, diberikan melalui ibu, saya benar benar merasakan betapa nikmat dan bahagia nya bisa menyusui. Ikatan yang sangat kuat antara ibu dan anak bisa saya alami sendiri. 

Saya bertekad untuk dapat menyusui Ihsan, memenuhi haknya disusui hingga usai 2 tahun, Insya Allah. Semoga Allah Ridho 

Ihsan umur 4 bulan 



No comments:

Post a Comment